Seminar Nasional: Staging Balinese Villages as Grey Tourists’ Attractions
Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya atau yang sering disebut STIPAR Triatma Jaya mengadakan kegiatan Meeting Incentive Conference and Exhibition (MICE) sebagai aplikasi atau penerapan mata kuliah Event management bagi semua mahasiswa semester VI. Kegiatan MICE yang berlangsung selama tiga hari ini mencakup 3 kegitan utama yaitu: seminar, perlombaan dan makan malam bersama.
Kegiatan MICE ini dibuka secara resmi oleh Ketua STIPAR Triatma Jaya, Bapak I Ketut Sutapa, SE, MM yang dihadiri oleh para pejabat struktural dan dosen serta beberapa karyawan dari Yayasan Triatma Surya Jaya. Acara pembukaan diawali dengan penampilan Tari Sekar Jepung yang merupakan tari kreasi yang dijadikan sebagai icon tari dari Kabupaten Badung.
Kegiatan seminar diadakan pada Hari Selasa, tanggal 22 Maret 2017 dengan mengambil tema “Staging Balinese Villages as Grey Tourists’ Attractions” dengan menghadirkan tiga pembicara antara lain: Bapak Nengah Moneng, Manajer Desa Wisata Pangelipuran, yang membawakan makalah tentang Penegelolaan Desa Wisata di Kabupaten Bangli; Profesor Sukardika, mantan Rektor Universitas Udayana yang sekarang ini sebagai pemilik akomodasi untuk wisatawan usia lanjut, yang memamarkan tentang pola pengelolaan usaha pariwisata untuk wisatawan yang sudah beruban alis rambutnya memutih yang termakan usia atau yang dalam Bahasa inggris disebut “grey tourists”; dan Profesor Darma Putra, Ketua Program Studi S2 Kajian Pariwisata, Universitas Udayana yang memberikan pencerahan tentang pengembangan pariwisata berbasis kerakyatan atau community based tourism.
Seminar Nasional tentang pariwisata yang dimoderatori oleh Bapak Doktor I Nengah Subadra ini dihadiri lebih dari 250 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Bali seperti: STP Nusa Dua Bali, AKPAR Denpasar, STIE Triatma Mulya, dan STIPAR Triatma Jaya sebagai tuan rumah seminar.
Di hari kedua, tanggal 23 Maret 2017 diadakan kegiatan tiga lomba antara lain: lomba berpidato Bahasa Inggris (English speech contest), lomba menata tempat tidur (making bed competition) dan lomba memasak (cooking competition yang diikuti oleh ratusan peserta dari kalangan Sekolah Menengak Kejuruan (SMK) pariwisata dan juga Lembaga Pelatihan Keahlian bidang pariwisata yang berasal dari Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
Keahlian para peserta making bed competition dalam menata tempat tidur memang patut diacungi jempol karena mereka mampu menunjukkan berbagai kreasi penataan tempat tidur sehingga tampak sangat indah dan mempersona. Ini menandakan bahwa mereka sudah memiliki keahlian dalam bidang housekeeping dan tentu saja sudah siap untuk memasuki dunia industry perhotelan di Bali dan bahkan luar negeri.
Tentu saja, keberhasilan para peserta lomba dalam menunjukan keahliannya tidak terlepas dari bimbingan dan latihan yang diberikan oleh para guru dan dosen pandamping yang telah berusaha keras dan bekerja secara ikhlas untuk menunjukkan kesuksesannya dalam mendidik siswa dan mahasiswanya. Lebih lanjut, kemampuan menata tempat tidur tersebut akan dipelajari lebih mendalam apabila mereka/para pemenang melanjutkan pendidikannya di STIPAR Triatma Jaya dengan memilih Program Studi Perhotelan dengan konsentrasi Manajemen Akomodasi Perhotelan atau MAP.
Perlombaan ini bertujuan untuk memperkenalkan program-program studi yang dimiliki dan ditawarkan di Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya kepada para calon mahasiswa yang sekarang ini masih duduk di bangku sekolah menengah atau mengikuti pelatihan keahlian. Para pemenang diberikan hadiah berupa beasiswa bebas uang gedung, bebas biaya pendaftaran, dan beberapa voucer yang nilainya sangat memukau.
International Workshop: World Heritage and Disaster Risk Mitigation for Sustainable Heritage Tourism in Bali
Hari ini tanggal 7 Maret 2017 Program Studi S2 Kajian Pariwisata Universitas Udayana mengadakan workshop Internasional bertema “World Heritage and Disaster Risk Mitigation for Sustainable Heritage Tourism in Bali”. Kegiatan workshop ini berlangsung selama sehari diikuti oleh beberapa peneliti dari tiga negara: Jepang, Belgia dan Indonesia.
Workshop ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengembangan Pawisata Warisan Budaya di Bali dalam upaya untuk mencapai pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Workshop dimulai dengan sambutan pembuka dari Ketua Program Studi S2 Kajian Pariwisata, Bapak Profesor Darma Putra sekaligus memperkenalkan tim diskusi dari Univeristas Udayana, antara lain: Profesor Ardika, Dr . I Gde Indra Baskara, Dr. A. Agung Suryawan, Dr. Alam Paturusi, Dr. Dewa Oka Prasiasa, Dr. Micke dan Dr. I Nengah Subadra. Selanjutnya, Profesor Shinji Yamashita memperkenalkan team diskusi dari Jepang dan Belgia: Tomoko Kano, Megumi Doshita, Takae Tanaka, Hiroi Iwahara, Yoshimi Yamashita dan Profesor Noel Salazar.
Setelah sama-sama memperkenalkan diri secara singkat. Kegiatan workshop internasional ini dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Dalam sambutannya, disampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran para peneliti yang terus dan tetap komitmen untuk melakukan kajian tentang pariwisata Bali.
Diskusi dimulai dengan pertanyaan terbuka oleh Profesor Shinji tentang perkembangan pariwisata Bali terkini. Dr. Suryawan memberikan pemaparan tentang pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan domestik dan manca negara yang datang ke Bali dalam lima tahun belakangan ini dan juga daya beli mereka selama berada di Bali. Selain itu dijelaskan juga tentang pesatnya pertumbuhan pembangunan hotel di Bali yang sekarang ini hampir over supply alias melebihi kapasitas ketersediaan kamar yang semestinya yang berimplikasi pada “perang tarif” antar hotel untuk menggait kunsumen.
Kemudian penjelasan tentang pariwisata di Bali dilanjutkan oleh Profesor Ardika yang memberikan penjelasan tentang ketidaksesuian penerapan falsafah Tri Hita Karana dalam dunia pariwisata yang mana terjadi konflik di beberapa pura di Bali yang dijadikan sebagai obyek dan daya Tarik wisata budaya, misalnya wisatawan yang masuk ke areal pura yang tidak memakai selendang atau sarung/kamen dan juga kurang adilnya pembagian hasil atau profit yang didapat dari hasil penjualan tiket masuk ke pura.
Selanjutnya, Dr. Subadra yang juga sebagai team teaching dengan Profesor Ardika untuk Mata Kuliah Cultural Heritage Tourism di Prodi S2 Kajian Pariwisata memaparkan tentang kompleksitas pengembangan wisata pura yang telah mengakibatkan konflik yang disebabkan karena ketidakpahaman (misunderstanding) dan ketidakkonsistenan (inconsistence) dalam penerapan konsep Tri Mandala-pembagian areal pura menjadi tiga bagian seperti bagian luar (Nista Mandala), bagian tengah (Madya Mandala) dan bagian dalam (Utama Mandala).
Dr. Subadra menegaskan bahwa kurang pahamnya wisatawan terhadap budaya Bali dan Agama Hindu yang dipraktekkan oleh orang Bali/Umat Hindu di Bali disebabkan Karena kurangnya pengetahuan yang diberikan oleh Pramuwisata (Tour Guide) kepada wisatawan baik sebelum berada di pura maupun ketika sedang berada di dalam pura. Sehingga aturan-aturan yang berlaku di dalam pura tidak dapat diikuti dengan baik oleh para wisatawan yang berimplikasi pada penolakan (resistance) yang mana umat Hindu menolak keberadaan wisatawan di bagian dalam (inner courtyard) pura. Selain itu
Dr. Subadra juga menjelaskan tentang kurangnya tanda-tanda (signage) yang dipasang di areal pura yang memberikan arah, perintah atau larangan yang berlaku di pura yang dapat mengurangi potensi kesalahan interpretasi; dan juga kurangnya kemampuan Pramuwisata dalam mengendalikan wisatawan khususnya wisatwan Cina yang datang dalam grup besar yang sering kali menimbulkan kegaduhan di dalam pura Karena kurangnya pemberian pemahaman tentang budaya dan pura Hindu di Bali kepada para wisatawan.
Pembicara dalam workshop lainnya, Dr Indra Baskara dan Dr Micke mengulas secara khusus daerah-daerah dibali yang sudah diajukan sebagai kawasan World Heritage Site di Bali seperti Jatiluwih (Tabanan), Pura Besakih (Karangasem), Tukad Pakerisan (Gianyar) dan Danau Batur (Bangli). Ulasan Dr Indra Baskara dan Dr Micke memberikan pencerahan kepada para peserta diskusi dalm workshop mengenai informasi dan usaha-usaha terkini yang sedang dilakukan di kawasan wisata warisan budaya di Bali tersebut termasuk pemetaan wilayah secara khusus dan juga hal-hal yang bisa dan tidak bisa dilakukan di kawasan wisata heritage tersebut.
Profesor Noel Salazar secara khusus menyinggung permasalahan tentang perubahan profesi masyarakat Bali dari petani ke insan pariwisata yang dikhawatirkan di masa yang akan datang profesi Petani tidak menarik lagi Karena semuanya pindah ke industry pariwisata. Ditegaskan bahwa wisatawan khususnya wisatawan Eropa datang ke Bali untuk mengenal pertanian padi dan filosofinya termasuk system pengairannya atau yang lebih akrab disebut Subak.
Selain itu, permasalahan lingkungan terutama sampah padat dan cair yang ditemukan dihampir seluruh kawasan wisata di Bali yang perlu penanganan yang sangat serius yang ia juga sebut sebagai “Bahaya” bagi pariwisata Bali. Hal lain yang juga menjadi perhatian penting bagi pengelola obyek dan daya Tarik wisata di Bali adalah mengenai “sewa selendang dan sarung” yang katanya terlalu memaksa wisatawan dengan memberikan harga yang melambung tinggi yang tentunya mengakibatkan wisatwan kesal.
Digaris bawahi bahwa perasaan kesal yang dialami wisatawan di suatu tempat wisata ketika berlibur akan sulit sekali dihilangkan dari benak ingatannya dan tentu saja memerlukan waktu yang sangat lama untuk melupakannya; yang tentu saja bisa berimplikasi pada penyebaran citra yang negative terhadap suatu daya Tarik wisata tersebut. Oleh karena itu, wajib sifatnya bagi setiap insan pariwisata (apapaun profesinya) untuk memberikan kesan yang indah dan menakjubkan kepada setiap wisatawan agar tercipta kesan yang menyenangkan dalam benaknya dan agar tertanam citra positif terhadap destinasi wisata yang sedang dikunjunginya.
Pada sesi terakhir, Profesor Shinji mempertanyakan tentang ketersediaan system dan team penanggulangan bencana di kawasan pariwisata khususnya wisata warisan budaya di Bali. Dr Subadra merespon bahwa sekarang ini, Provinsi Bali telah memiliki suatu badan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang sekarang ini dua stafnya sedang dilatih di Darwin Australia untuk mendapatkan pelatihan tentang penanganan bencana alam seperti tsunami, tanah longsor, banjir dan lain-lain. Kedepannya, Dr Subadra menegaskan bahwa badan ini akan dilibatkan dalam memberikan pelatihan-pelatihan penanggulangan bencana di kawasan-kawasan wisata di seluruh pulau Bali terutama untuk kawasan wisata yang berlukasi di pesisir pantai (coastal zones) sehingga dapat mengurangi korban ketikak terjadi bencana.
***
Workshop Pengajaran Bahasa Inggris untuk Hospitaliti
Di awal tahun 2017, Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya mengadakan workshop pengajaran Bahasa Inggris untuk hospitaliti dengan tujuan untuk mengupdate metode pengajaran Bahasa yang terkini untuk mendukung penerapan kurikulum terbaru berbasis KKNI and SKKNI yang diterapkan di STIPAR Triatma Jaya.
Untuk tujuan tersebut, STIPAR Triatma Jaya secara khusus mengundang Bapak Drs. I Nyoman Riasa, M.Ed., yang akrabnya disapa Pak Riasa, seorang praktisi pendidikan yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia pengajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia di Indonesia dan juga luar negeri, yang sekarang ini mengelola usahanya sendiri APBIPA Bali yang berkantor di Pusat Bahasa Universitas Ngurah Rai, Penatih, Denpasar - Bali.
Workshop ini diikuti oleh 25 dosen Bahasa Inggris yang bekerja di lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Triatma Surya Jaya seperti MAPINDO, STIKES Bina Usada, STIE Triatma Mulya dan STIPAR Triatma Jaya.
Worshop ini dibuka secara resmi oleh Bapak I Ketut Sutapa, SE, MM, Ketua STIPAR Triatma Jaya yang dilanjutkan dengan pemberian arahan untuk semua dosen agar dapat memanfaatkan worshop ini dengan sebaik-baiknya untuk meng-update metode pangajaran Bahasa Inggris agar mampu memberikan layanan yang terbaik kepada mahasiswa; dan yang paling penting bisa menjamin mahasiswa mamapu menguasai Bahasa Inggris secara baik dan benar yang akan digunakan dalam mengikuti perkuliahan dan juga ketika sudah terjun ke dunia kerja.
Jaminan bisa berbahasa Inggris merupakan salah satu keunggulan STIPAR Triatma Jaya, yang mana semua mahasiswa bisa berbahasa Inggris dengan baik dan benar dengan diberikan kursus Bahasa Inggris selama Sembilan bulan / tiga level sebagai tambahan wajib dari perkuliahan bidang keahlian perhotelan dan pariwisata pada jurusan masing-masing. Sehingga ketika lulus, semua mahasiswa menguasai keahlian di bidangnya masing-masing sesuai dengan minatnya; dan bisa berbahasa Inggris. Bekal keahlian inilah yang mengantarkan lulusan STIPAR Triatma Jaya diserap dengan cepat di industri pariwisata di Bali dan luar Bali dan bahkan di luar negeri.
Hasil Tracer Study terakhir (2016) menunjukan bahwa masa tunggu lulusan STIPAR Triatma Jaya untuk mendapatkan pekerjaan hanya empat bulan saja. Ini berarti bahwa lulusan STIPAR Triatma Jaya hanya membutuhkan waktu selama 4 bulan saja untuk mendapatkan pekerjaan. Tentu saja ini karena usaha keras STIPAR Triatma Jaya dalam mempersiapkan mahasiswanya agar mampu bersaing di dunia kerja.
Sesaat setelah pembukaan, Pak Nyoman Riasa langsung menunjukkan kelihaiannya dalam menyampaikan metode pengajaran Bahasa Inggris yang sangat menarik dan menyenangkan. Para dosen diberikan berbagai kegiatan yang interaktif dengan mengerjakan berbagai jenis worksheet yang mampu membuat peserta workshop dengan aktif terlibat dalam kegiatan ini; sehingga tak satupun dari peserta workshop kelihatan ngantuk.
Selama dua hari (12-13 Januari 2017), mereka tampak sangat aktif dan bersemangat mengikuti setiap aktivitas yang diberikan oleh Pak Riasa. Salah satu dosen peserta workshop ini mengungkapkan pengalamannya mengikuti kegiatan update knowledge ini “It’s really great and fun”.
Sekarang ini STIPAR Triatma Jaya yang berijin resmi dari KEMENRISTEK-DIKTI (Kementerian Riset dan Teknologi – Direkrotat Jendral Pendidikan Tinggi ) Republik Indonesia mengelola tiga Program Studi, antara lain; Program Studi Diploma 4 Perhotelan dengan gelar Sarjana Sains Terapan Pariwisata (SST.Par.), Program Studi Diploma 3 Perhotelan dengan gelar Ahli Madya Pariwisata (Amd.Par.) dan Program Studi Diploma 3 Kepariwisataan dengan gelar Ahli Madya Pariwisata (Amd.Par.). Ketiga program studi ini memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk mendalami ilmu dan keahlian bidan perhotelan dan Pariwisata.
Bali Tourism Directory, Japanese Sworn Translator in Bali, Dutch Sworn Translator in Bali, Sworn Translator in Bali, German Sworn Translator in Bali, Certified Translator in Bali, Bali Translator, Bali Penerjemah, Penerjemah Bali Indonesian Sworn Translator in Bali, Denpasar Translation Services Denpasar Bali Translation Services Kuta Bali Translation Services Sanur Bali Translation Services Kerobokan Bali Translation Services Seminyak Bali Translation Services Legian Bali Translation Services Canggu Bali Translation Services Tabanan Bali Translation Services Tuban Bali Translation Services Nusa Dua Bali Translation Services Jimbaran Bali Translation Services Ubud Bali Translation Services Gianyar Bali Translation Services Jalan Nangka Denpasar Bali Translation Services Jalan Melati Denpasar Bali Translation Services Jalan Tukad Badung Translation Services Panjer Denpasar Bali Translation Services Renon Denpasar Bali Translation Services Ubung Denpasar Bali Translation Services Dalung Bali Translation Services Badung Bali Translation Services Klungkung Bali Translation Services Sesetan Denpasar Bali Translation Services Jimbaran Pecatu Translation Services Tohpati Denpasar Bali Translation Services Penatih Denpasar Bali Translation Services Jalan Tukad Pakerisan Denpasar Bali Translation Services Jalan Sudirman Denpasar Bali Translation Services Sanglah Denpasar Bali Translation Services Tanjung Benoa Translation Services